CHRONICLE

Durasi 84 min  -  Drama | Sci-Fi | Thriller
3 February 2012 (Indonesia)

Sutradara : Josh Trank
Penulis     : Max Landis (screenplay), Max Landis (story)
Pemain     : Dane DeHaan, Alex Russell, and Michael B. Jordan


  Mengusung tema perjalanan awal dari seorang super hero (mungkin), dengan special effect yang cukup lumayan mengingat ini adalah film ber-budget yang ngga terlalu tinggi. Film ini bercerita mengenai tiga pemuda yang tanpa sengaja mendapat kekuatan super. Cerita akan berisi seputar bagaimana ketiga pemuda itu mengembangkan kemampuan barunya dan juga bagaimana mereka menggunakannnya.
  Cerita-certia dengan tema serupa sebenarnya kebanyakan akan membidik kisah psikologi sang karakter, progress atau proses bagaimana mereka bisa sampai memilih jalan menjadi seorang super hero. Handcock adalah salah satu contoh kisah yang hampir serupa dengan kisah ini, juga seperti film serial Smallville yang menceritakan kehidupan Clark Kent sebelum dia menjadi Superman, atau film Batman Begin, asal muasal Bruce Wayne berubah menjadi Batman, dan yang hampir se-type dengan film-film yang tersebut sebelumnya adalah Unbreakable, film tahun 2000 yang dibintangi oleh Bruce Willis dan Samuel L. Jackson.
  Namun balik lagi, dari semua kisah tadi diceritakan dengan cara dan dalam genre yang berbeda-beda. Tak kecuali dengan film Chronicle ini.
  Yang unik dalam kisah ini bukan tema/genre yang dipakai untuk menuturkan kisah, melainkan bagaimana cara kisah ini dituturkan. Josh Trank, sang sutradara memakai tehnik POV (Point-Of-View) pengambilan gambar dengan perspektif dari subjek, jadi seakan-akan film ini adalah hasil dari pengumpulan rekaman-rekaman dari berbagai sumber yang berbeda, mirip-mirip dengan film-film dokumenter. Film yang juga memakai cara yang sama bisa dilihat dalam film-film seperti : Lost Tape, Cloverfield, Paranormal Activity, atau kalo di indonesia ada film horror dengan judul Keramat. Dengan cara pengambilan gambar seperti ini memang akan menimbulkan efek yang realistis, tapi juga akan membatasi dalam menceritakan suatu adegan.
  Biasanya kisah yang diusung dengan teknik pengambilan gambar seperti ini adalah kisah horror atau misteri yang memang lebih mementingkan ketidak lengkapan cerita, untuk menunjukan efek misteri nya. Namun dalam film dengan tema seperti ini, pengambilan gambar seperti itu menjadi suatu kelemahan. Saat harus dipakai untuk menunjukan adegan aksi secara keseluruhan akan jadi sangat menggangu dengan perubahan-perubahan sudut pandang dan posisi kamera yang jadi kurang nyaman buat ditonton (setidaknya menurut saya), dan dalam rangka untuk mendapatkan adegan yang diinginkan, maka terciptalah efek kamera 'maksa' dalam film ini.
  Diluar hal itu semua, cerita yang diambil sangat sederhana dan tidaklah terlalu original. Para karakter juga kurang terasah dan mendalam (mungkin efek dari Max Landis sang penulis yang terbiasa menulis untuk film-film pendek. Atau bisa jadi karena cara pengambilan gambar yang POV itu menyebabkan pesan kurang tersampaikan dengan baik), jadilah menurut saya film ini jadi film yang 'nanggung'. Mau dibawa ke drama yang menekankan cerita masih terasa kurang, mau dibawa ke aksi dengan special efek juga terkesan setengah hati (mungkin kepentok ama budget nya). Tapi ada beberapa adegan yang mengusung 'Rule of Cool' yang menurut saya cukup keren, contoh : adegan saat mereka hampir tertabrak pesawat atau saat mereka belajar terbang untuk pertama kalinya. Sayang semua itu hanya bisa dinikmati dalam potongan-potongan scene saja, tidak terasa seperti sebuah film secara bersikenambungan.
  Namun bagi pengembar film-film sci-fi, film ini bisa jadi film selingan alternatif yang cukup menghibur, ketika kita sedang menantikan film sci-fi ber-budget besar, seperti Marvel's Avengers atau Amazing Spiderman.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author